Selasa, 09 Oktober 2012

ORGANISASI NON PROFIT


BAB 1
Pendahuluan

Dalam kehidupan ekonomi dan sosial, individu memerlukan suatu proses kerja sama dengan individu lainnya demi mencapai suatu tujuan yang sama. Individu-individu tersebut bekerja sama dan saling melengkapi tugasnya dengan spesialisasi masing-masing. Kelompok manusia dengan tujuan yang sama biasa dikenal dengan sebutan organisasi. Organisasi pun beragam sesuai dengan banyaknya kebutuhan dan tujuan manusia. Bentuk organisasi yang cukup dikenal yaitu organisasi profit dan organisasi non profit. Organisasi non profit merupakan suatu organisasi yang didirikan dengan tujuan pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik demi suatu tujuan yang tidak komersial. Organisasi ini didirikan tanpa memperhatikan hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter) demi keuntungan organisasi tersebut. Adapun organisasi non profit meliputi organisasi keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh, dan lain sebagainya.


BAB 2
Teori

Istilah non profit seringkali diidentikan dengan istilah tidak untung. Begitu pula ketika kata ini dilekatkan dengan kata organisasi, lengkapnya menjadi organisasi non profit, maka secara umum banyak orang berpikiran berarti organisasi ini adalah organisasi yang tidak mencari keuntungan (laba) dari sejumlah aktivitasnya. Padahal dalam kenyataannya, tetap saja semua organisasi membutuhkan dana bagi menjaga eksistensi atau kelangsungan hidupnya. Begitu pula dengan organisasi non profit, tetap saja ia menyisihkan keuntungan (laba) walau sekecil apapun. Umumnya memang organisasi non profit tidak berorientasi sepenuhnya pada keuntungan semata. Aktivitas atau kegiatan yang pada akhirnya ada nilai keuntungannya lebih banyak digunakan organisasi untuk menjaga kelangsungan kehidupan organisasinya.

Keuntungan atau profit dalam kedudukan organisasi non profit bukan prioritas utama. Motif organisasi non profit pada umumnya berbasis motif altruistik, motif moral, dan motif sosial. Filantropi dan kedermawanan pun menjadi prinsip dalam kehidupannya. Dalam implementasinya organisasi non profit juga secara alokasi waktu kegiatan organisasinya lebih banyak dihabiskan dalam kerangka diluar mencari keuntungan. Kegiatan yang ada bukan dipenuhi motif bisnis, namun lebih ke arah sosial.

Apakah lembaga non profit tidak bisa bisnis? Atau tidak ada orang di dalam organisasinya tidak berlatar belakang bisnis? Ternyata tidak, di dalam organisasi non profit pun dengan mudah ditemukan orang-orang dengan kapasitas cukup baik di dunia bisnis. Tapi ingat bahwa, mereka (orang-orang yang ada dalam organisasi non profit ini) telah bersepakat bahwa dalam naungan organisasi non profit yang mereka ada di dalamnya, persoalan bisnis tidak menjadi urusan dominan.
Dalam konteks tumbuhnya, ternyata organisasi non profit mengalami 5 tahapan pertumbuhan lembaga :

1. Tahap Pertumbuhan Awal
Organisasi non profit dalam fase pertumbuhan awal kehidupan organisasinya barangkali berawal dari ide atau gagasan satu dua orang saja. Ide atau gagasan itu terus membesar dan jadilah apa yang dinamakan sebuah organissai. Karena niatan dari para pendirinya yang besar, maka yang tadinya hanya terdiri dari beberapa orang ini secara perlahan mencari orang lain untuk bergabung di dalamnya.

2. Tahap Pelembagaan
Setelah tahap awal sukses, dengan ukuran bertambahnya SDM yang ada serta terdapatnya niatan dan tujuan yang sama dari para pendiri organisasi ini, maka tahap keduanya adalah tahap pelembagaan organisasi. Pada tahapan ini, kebijakan-kebijakan atau aturan-aturan baku mulai dibuat dan diberlakukan pada seluruh SDM yang ada. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, organisasi ini semakin mengarah secara professional. Pimpinan bahkan beberapa staf yang diangkat pada tahap ini pun secara perlahan mendapatkan gaji tetap. Tapi jangan bayangkan gaji tetap itu benar-benar profesional. Bisa saja gaji tetap ini “sekedar ikatan” antara SDM yang ada dengan organisasi.

3. Tahap Desentralisasi
Tahap selanjutnya, setelah organisasi mulai terlembaga secara profesional, maka mulaiilah terjadi pendistribusian tugas, kewenangan serta perluasan struktur dalam kerangka menuju cita-cita organissai profit yang didirikan tersebut. Seiring dengan banyaknya SDM yang juga mulai banyak, aturanpun mulai lebih berkembang dan terbentuk hierarki-hierarki yang ada dalam organisasi sesuai kebutuhan yang juga terus mengembang.

4. Tahap Koordinasi
Dalam tahap selanjutnya, ternyata dengan jumlah SDM yang banyak dan juga jaringan yang semakin meluas, bahkan mitra kerjasama juga tumbuh seiring aktivitas lembaga, maka tahap selanjutnya dibutuhkan apa yang dinamakan Tahap koordinasi. Tahap ini merupakan tahap alamiah pengembangan kebutuhan organisasi dalam menjawab sejumlah tantangan yang muncul dan dihadapi. Implementasi tahapan ini beragam bentuknya, bisa dalam bentuk rapat manajemen rutin, rapat koordinasi, rapat evaluasi serta rapat-rapat kelembagaan lain yang dilakukan sesuai dengan keperluan organisasi.

5. Tahap Pemantapan
Tahap Pemantapan atau tahap terakhir dari oragnissai non profit merupakan tahap puncak dari seluruh rangkaian tahapan organisasi. Dalam tahap ini, terjadi pembakuan aturan dan kebijakan, standarisasi aktivitas, penerapan sistem dan prosedur serta adanya birokrasi lembaga yang tidak bisa dihindari. Dalam tahap ini juga mulai sangat banyak kerjasama-kerjasama dengan pihak lain. Ini tak bisa dihindari, mengingat peran dan kiprah organisasi yang ada terus diketahui oleh semakin banyak orang dan lembaga lainnya.


BAB 3
Pembahasan

Karakter dan tujuan dari organisasi non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. Bila dalam organisasi profit jelas adanya kepemilikan, berbeda dengan organisasi non profit yang tidak jelas siapa sesungguhnya pemilik organisasi tersebut. Pada organisasi profit membutuhkan pendanaan untuk membangun usaha sehingga menghasilkan laba. Sedangkan pada organisasi non profit sumber dana berasal dari sumbangan donatur. Dana yang diperoleh tidak dibagikan kepada anggota organisasi, melainkan digunakan untuk berbagai kegiatan yang memang telah mejadi tujuan utama dari kegiatan organisasi tersebut.

Bisa dikatakan bahwa organisasi non profit merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Bahkan organisasi ini bisa menyentuh pelosok dunia yang mungkin tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Dapat kita saksikan sendiri sigapnya sejumlah organisasi non profit dalam menyalurkan bantuan ketika terjadi bencana alam. Ratusan organisasi non profit dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi korban bencama. Dalam hal ini, organisasi profit juga mendapatkan keuntungan langsung yang merupakan dampak langsung dari kemajuan komunitas, mereka mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas pembinaan organisasi non profit.

Dalam organisasi non profit, pemimpin harus memiliki niat dari dalam hati, bukan karena paksaan atau faktor-faktor lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan terhadap apa saja yang harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui konsekuensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin organisasi non profit. Selain itu pemimpin juga harus bisa lebih mendengar dan menyelesaikan permasalahan. Sebagai pemimping organisasi non profit harus memiliki kemampuan persuasif. Dengan kemampuan tersebut maka keberlangsungan organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang bukan menghambat kemunculan anggota-anggota yang lebih muda, tetapi justru memberi inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara tidak langsung. Hal yang paling penting dari seorang pemimpin organisasi non profit adalah kemampuan dalam mencari dana, meyakinkan para donatur untuk memberikan bantuan dana.

Organisasi non profit membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan. Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, akan tetapi sejauh mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal dan unggul, sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.

Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah atau kurang dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap kuantitas dan kualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki target yang jelas serta fokus dalam pelaksanaannya. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh donatur organisasi. Kelemahan dari organisasi non profit di Indonesia adalah tidak fokus pada misi yang dijalankan.

Karena sifat organisasi non profit yang bersifat mandiri dan sukerela maka Public Relations diperlukan untuk menggalakkan kampanye guna meyakinkan dan membangkitkan kesadaran serta tanggung jawab sosial masyarakat terhadap permasalahan sosial yang terjadi melalui kampanye yang terus menerus, sehingga mereka bersedia mendukung khususnya dalam hal dana, serta turut terlibat dan tetap percaya pada program yang dilakukan. Kampanye juga digalakkan dalam mengembangkan saluran komunikasi dengan publik sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang menguntungkan untuk pengumpulan dana. Public Relations dalam organisasi non profit diharapkan untuk mampu membuat program Public Relations seperti tulisan, buku mini, brosur, naskah pidato (radio/televisi), film. Dengan menggunakan beragam media komunikasi, misalnya publisitas pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran, majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini ditujukan untuk memberi informasi dan memotivasi organisasi (karyawan, sukarelawan) untuk mengabdikan diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi.

Refrensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar