BAB 1
Pendahuluan
Dalam kehidupan ekonomi
dan sosial, individu memerlukan suatu proses kerja sama dengan individu lainnya
demi mencapai suatu tujuan yang sama. Individu-individu tersebut bekerja sama
dan saling melengkapi tugasnya dengan spesialisasi masing-masing. Kelompok
manusia dengan tujuan yang sama biasa dikenal dengan sebutan organisasi.
Organisasi pun beragam sesuai dengan banyaknya kebutuhan dan tujuan manusia.
Bentuk organisasi yang cukup dikenal yaitu organisasi profit dan organisasi non
profit. Organisasi non
profit merupakan
suatu organisasi yang didirikan
dengan tujuan pokok untuk
mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik publik demi suatu tujuan yang tidak komersial. Organisasi ini didirikan tanpa memperhatikan hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter)
demi keuntungan organisasi tersebut. Adapun
organisasi non profit meliputi organisasi
keagamaan, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit dan
klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh,
dan lain sebagainya.
BAB 2
Teori
Istilah non profit
seringkali diidentikan dengan istilah tidak untung. Begitu pula ketika kata ini
dilekatkan dengan kata organisasi, lengkapnya menjadi organisasi non profit,
maka secara umum banyak orang berpikiran berarti organisasi ini adalah
organisasi yang tidak mencari keuntungan (laba) dari sejumlah aktivitasnya.
Padahal dalam kenyataannya, tetap saja semua organisasi membutuhkan dana bagi
menjaga eksistensi atau kelangsungan hidupnya. Begitu pula dengan organisasi
non profit, tetap saja ia menyisihkan keuntungan (laba) walau sekecil apapun.
Umumnya memang organisasi non profit tidak berorientasi sepenuhnya pada
keuntungan semata. Aktivitas atau kegiatan yang pada akhirnya ada nilai keuntungannya
lebih banyak digunakan organisasi untuk menjaga kelangsungan kehidupan
organisasinya.
Keuntungan atau profit
dalam kedudukan organisasi non profit bukan prioritas utama. Motif organisasi
non profit pada umumnya berbasis motif altruistik, motif moral, dan motif
sosial. Filantropi dan kedermawanan pun menjadi prinsip dalam kehidupannya.
Dalam implementasinya organisasi non profit juga secara alokasi waktu kegiatan
organisasinya lebih banyak dihabiskan dalam kerangka diluar mencari keuntungan.
Kegiatan yang ada bukan dipenuhi motif bisnis, namun lebih ke arah sosial.
Apakah lembaga non
profit tidak bisa bisnis? Atau tidak ada orang di dalam organisasinya tidak
berlatar belakang bisnis? Ternyata tidak, di dalam organisasi non profit pun
dengan mudah ditemukan orang-orang dengan kapasitas cukup baik di dunia bisnis.
Tapi ingat bahwa, mereka (orang-orang yang ada dalam organisasi non profit ini)
telah bersepakat bahwa dalam naungan organisasi non profit yang mereka ada di
dalamnya, persoalan bisnis tidak menjadi urusan dominan.
Dalam konteks
tumbuhnya, ternyata organisasi non profit mengalami 5 tahapan pertumbuhan
lembaga :
1. Tahap Pertumbuhan
Awal
Organisasi non profit
dalam fase pertumbuhan awal kehidupan organisasinya barangkali berawal dari ide
atau gagasan satu dua orang saja. Ide atau gagasan itu terus membesar dan
jadilah apa yang dinamakan sebuah organissai. Karena niatan dari para
pendirinya yang besar, maka yang tadinya hanya terdiri dari beberapa orang ini
secara perlahan mencari orang lain untuk bergabung di dalamnya.
2. Tahap Pelembagaan
Setelah tahap awal
sukses, dengan ukuran bertambahnya SDM yang ada serta terdapatnya niatan dan
tujuan yang sama dari para pendiri organisasi ini, maka tahap keduanya adalah
tahap pelembagaan organisasi. Pada tahapan ini, kebijakan-kebijakan atau
aturan-aturan baku mulai dibuat dan diberlakukan pada seluruh SDM yang ada.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, organisasi ini semakin mengarah secara
professional. Pimpinan bahkan beberapa staf yang diangkat pada tahap ini pun
secara perlahan mendapatkan gaji tetap. Tapi jangan bayangkan gaji tetap itu
benar-benar profesional. Bisa saja gaji tetap ini “sekedar ikatan” antara SDM
yang ada dengan organisasi.
3. Tahap Desentralisasi
Tahap selanjutnya,
setelah organisasi mulai terlembaga secara profesional, maka mulaiilah terjadi
pendistribusian tugas, kewenangan serta perluasan struktur dalam kerangka
menuju cita-cita organissai profit yang didirikan tersebut. Seiring dengan
banyaknya SDM yang juga mulai banyak, aturanpun mulai lebih berkembang dan
terbentuk hierarki-hierarki yang ada dalam organisasi sesuai kebutuhan yang
juga terus mengembang.
4. Tahap Koordinasi
Dalam tahap
selanjutnya, ternyata dengan jumlah SDM yang banyak dan juga jaringan yang
semakin meluas, bahkan mitra kerjasama juga tumbuh seiring aktivitas lembaga,
maka tahap selanjutnya dibutuhkan apa yang dinamakan Tahap koordinasi. Tahap
ini merupakan tahap alamiah pengembangan kebutuhan organisasi dalam menjawab
sejumlah tantangan yang muncul dan dihadapi. Implementasi tahapan ini beragam
bentuknya, bisa dalam bentuk rapat manajemen rutin, rapat koordinasi, rapat
evaluasi serta rapat-rapat kelembagaan lain yang dilakukan sesuai dengan
keperluan organisasi.
5. Tahap Pemantapan
Tahap Pemantapan atau
tahap terakhir dari oragnissai non profit merupakan tahap puncak dari seluruh
rangkaian tahapan organisasi. Dalam tahap ini, terjadi pembakuan aturan dan
kebijakan, standarisasi aktivitas, penerapan sistem dan prosedur serta adanya
birokrasi lembaga yang tidak bisa dihindari. Dalam tahap ini juga mulai sangat
banyak kerjasama-kerjasama dengan pihak lain. Ini tak bisa dihindari, mengingat
peran dan kiprah organisasi yang ada terus diketahui oleh semakin banyak orang
dan lembaga lainnya.
BAB 3
Pembahasan
Karakter dan tujuan
dari organisasi non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan
organisasi profit. Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan
pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya
jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non profit
menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua
aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. Bila dalam organisasi profit jelas
adanya kepemilikan, berbeda dengan organisasi non profit yang tidak jelas siapa
sesungguhnya pemilik organisasi tersebut. Pada organisasi profit membutuhkan
pendanaan untuk membangun usaha sehingga menghasilkan laba. Sedangkan pada
organisasi non profit sumber dana berasal dari sumbangan donatur. Dana yang
diperoleh tidak dibagikan kepada anggota organisasi, melainkan digunakan untuk
berbagai kegiatan yang memang telah mejadi tujuan utama dari kegiatan
organisasi tersebut.
Bisa dikatakan bahwa
organisasi non profit merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu
komunitas yang lebih baik. Bahkan organisasi ini bisa menyentuh pelosok dunia
yang mungkin tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Dapat kita
saksikan sendiri sigapnya sejumlah organisasi non profit dalam menyalurkan
bantuan ketika terjadi bencana alam. Ratusan organisasi non profit dari seluruh
dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi korban
bencama. Dalam hal ini, organisasi profit juga mendapatkan keuntungan langsung
yang merupakan dampak langsung dari kemajuan komunitas, mereka mendapatkan
market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian
berkembang atas pembinaan organisasi non profit.
Dalam organisasi non
profit, pemimpin harus memiliki niat dari dalam hati, bukan karena paksaan atau
faktor-faktor lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan
terhadap apa saja yang harus dikerjakan dikemudian hari, serta mengetahui
konsekuensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin organisasi
non profit. Selain itu pemimpin juga harus bisa lebih mendengar dan
menyelesaikan permasalahan. Sebagai pemimping organisasi non profit harus
memiliki kemampuan persuasif. Dengan kemampuan tersebut maka keberlangsungan
organisasi akan dapat terjamin. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang bukan
menghambat kemunculan anggota-anggota yang lebih muda, tetapi justru memberi
inspirasi dan motivasi bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya
pemimpin yang berhasil mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan
namanya sendiri secara tidak langsung. Hal yang paling penting dari seorang
pemimpin organisasi non profit adalah kemampuan dalam mencari dana, meyakinkan
para donatur untuk memberikan bantuan dana.
Organisasi non profit
membutuhkan pengelolaan yang berbeda dengan organisasi profit dan pemerintahan.
Pengelolaan organisasi nirlaba dan kriteria-kriteria pencapaian kinerja
organisasi tidak berdasar pada pertimbangan ekonomi semata, akan tetapi sejauh
mana masyarakat yang dilayaninya diberdayakan sesuai dengan konteks hidup dan
potensi-potensi kemanusiaannya. Sifat sosial dan kemanusiaan sejati merupakan
ciri khas pelayanan organisasi-organisasi nirlaba. Manusia menjadi pusat
sekaligus agen perubahan dan pembaruan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan,
menciptakan kesejahteraan, kesetaraan gender, keadilan, dan kedamaian, bebas
dari konfilk dan kekerasan. Kesalahan dan kurang pengetahuan dalam mengelola
organisasi nirlaba, justru akan menjebak masyarakat hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan,
ketidaksetaraan gender, konflik dan kekerasan sosial. Pengelolaan organisasi
nirlaba, membutuhkan kepedulian dan integritas pribadi dan organisasi sebagai
agen perubahan masyarakat, serta pemahaman yang komprehensif dengan memadukan
pengalaman-pengalaman konkrit dan teori manajemen yang handal dan unggul,
sebagai hasil dari proses pembelajaran bersama masyarakat.
Di Indonesia, sebagian
besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah atau kurang dana.
Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di
luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap kuantitas dan
kualitas dari gerak roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit
tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki target yang jelas
serta fokus dalam pelaksanaannya. Pernyataan misi organisasi sebaiknya
sederhana dan mudah dipahami oleh donatur organisasi. Kelemahan dari organisasi
non profit di Indonesia adalah tidak fokus pada misi yang dijalankan.
Karena sifat organisasi
non profit yang bersifat mandiri dan sukerela maka Public Relations diperlukan
untuk menggalakkan kampanye guna meyakinkan dan membangkitkan kesadaran serta tanggung
jawab sosial masyarakat terhadap permasalahan sosial yang terjadi melalui
kampanye yang terus menerus, sehingga mereka bersedia mendukung khususnya dalam
hal dana, serta turut terlibat dan tetap percaya pada program yang dilakukan.
Kampanye juga digalakkan dalam mengembangkan saluran komunikasi dengan publik
sehingga dapat menciptakan dan memelihara iklim yang menguntungkan untuk
pengumpulan dana. Public Relations dalam organisasi non profit diharapkan
untuk mampu membuat program Public Relations seperti tulisan, buku mini,
brosur, naskah pidato (radio/televisi), film. Dengan menggunakan beragam media
komunikasi, misalnya publisitas pers, iklan, pidato umum, peragaan, pameran,
majalah, artikel majalah, kisah, berita. Hal ini ditujukan untuk memberi
informasi dan memotivasi organisasi (karyawan, sukarelawan) untuk mengabdikan
diri mereka dan berkarya secara produktif untuk mendukung misi, tujuan dan
sasaran organisasi.
Refrensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar